Selasa, 01 Februari 2011

Pengakuan Perusak Perekonomian Negara


Title:
Category:

Confessions of an Economic Hitman
Books
Genre:
Nonfiction
Author:
John Perkins


note: resensi ini dibuat tahun 2008 lalu...

Berhubung saya bukan termasuk orang yang rajin membaca berita politik dan ekonomi, tentunya saya tidak terlalu paham kenapa, misalnya, presiden A tiba-tiba digulingkan, atau negara B tau-tau dinyatakan pailit, atau kenapa perekonomian Indonesia tidak kunjung maju dan masih tetap carut-marut seperti sekarang?

Buku ‘Confessions of an Economic Hit Man’ sedikit banyak menjawab pertanyaan itu. Buku ini berkisah tentang John Perkins, seorang pria yang bisa dibilang turut bertanggungjawab atas kondisi perekonomian bangsa kita sekarang ini dan beberapa negara lainnya di dunia.

Profesinya disebut ‘Economic Hit Man’ atau terjemahan harfiahnya mungkin ‘Perusak Perekonomian’. Ia bekerja untuk MAIN, sebuah perusahaan kontraktor yang bergerak dibidang energi tapi juga merupakan bagian dari apa yang disebut korporatokrasi, sebuah hasil konspirasi tingkat tinggi antara negara, bank, dan korporasi. Tugas utamanya adalah membujuk pemimpin negara-negara dunia ketiga, terutama yang memiliki sumber daya alam, minyak khususnya, yang berlimpah tapi tidak mempunyai kemampuan atau sarana untuk mengeksploitasinya. Bahkan mungkin negara-negara itu tidak tahu kalau mereka itu begitu kaya sumber daya alamnya.

Si Perkins ini akan meyakinkan pemimpin negara tersebut, diantaranya Ekuador, Indonesia, bahkan Arab Saudi, untuk menerima ‘pinjaman’ dari Amerika Serikat dalam rangka membiayai proyek infrastruktur dinegaranya. Misalnya, pembangunan listrik, jalan dan lain sebagainya. Tugas Perkins selanjutnya, setelah ‘bantuan’ itu disalurkan, meyakinkan bahwa uang tersebut akan tetap berputar kembali masuk ke korporatokrasi Amerika. Caranya? Dengan mewajibkan negara penerima bantuan untuk menyerahkan proyeknya ke perusahaan-perusahaan Amerika. Dengan kata lain, bantuan atau pinjaman yang diberikan itu ya sebenarnya masuk ke kantong orang Amerika juga.

Gawatnya apa? Karena terus menerus berhutang, negara-negara itu pada akhirnya tidak akan pernah mampu membayar hutangnya. Pembayaran pun dilakukan antara lain dengan pemberian hak-hak istimewa untuk perusahaan Amerika, khususnya perusahaan minyak, atau pemberian ijin untuk mendirikan pangkalan militer di negara tersebut. Menurut pengakuan Perkins, George HW Bush, Dick Cheney, adalah sejumlah nama yang turut terlibat dalam masalah ini.

Bagaimana para pemimpin negara itu mau menerima proposal Perkins? Ya tentunya dengan menjamin kekayaan untuk segelintir orang di negara tersebut. Jika menolak? Taruhannya banyak… bisa kekuasaan, bisa juga nyawanya. Syah Iran yang digulingkan karena andil CIA di tahun 60-an adalah contohnya, sedangkan Pemimpin Panama Omar Torrijos dan juga presiden Ekuador Jaime Roldos adalah contoh pemimpin yang diduga mempersulit tugas Economic Hitman (EHM) sehingga harus mengalami ‘kecelakaan pesawat’ yang merenggut nyawanya. Sebuah kebetulan yang terlalu aneh….

Tapi tugas EHM tidak selalu lancar. Contohnya adalah Venezuela dan Irak. DI Venezuela, EHM mencoba mengulangi apa yang mereka lakukan di Iran pada 60-an : mengorganisir massa untuk menggulingkan presiden/pemimpin negara. Mulanya sempat berhasil, tapi presiden Chavez ternyata bisa memulihkan kekuasaannya. Seandainya tidak ada perang Irak, mungkin Venezuela juga bakal diserbu oleh Amerika dengan dalih yang sama yang mereka gunakan untuk menangkap Saddam Hussein. Memang, kalau cara manipulasi sudah gagal, solusi terakhir adalah dengan kekuatan militer. Ulah Saddam Hussein dijadikan dalih untuk menggempur Irak, padahal tujuan utamanya adalah minyak karena cadangan minyak Amerika sudah mencapai titik kritis.

Pada akhirnya, si Perkins mulai sadar. Dan untuk mengurangi rasa bersalahnya dia mulai menjadi aktivis lingkungan hidup dan juga masyarakat di daerah tertinggal, khususnya di kawasan Amazon. Ia juga mengepalai sejumlah LSM di Amazon yang menuntut keadilan dari perusahaan-perusahaan minyak di daerah tersebut. Meskipun sempat diancam, namun Perkins nekad menerbitkan buku ini.

Rasanya tidak perlu menceritakan terlalu detail, karena nanti malah jadi spoiler. alhamdulillah, isinya sangat memuaskan buat saya pribadi. Bagus, membukakan wawasan, dan sedikit bergaya novel konspirasi a la Tom Clancy atau bahkan Dan Brown meskipun buku ini adalah buku non fiksi.

Kalaupun ada sedikit kekurangan, terletak pada terjemahannya yang masih sering menterjemahkan ‘kata per kata’.. ada saja kalimat/idiom yang rasanya kurang pas terjemahannya. Kekurangan ini makin terasa begitu mendekati bab-bab akhir. Si penterjemah seolah-olah kehabisan energi untuk menterjemahkan atau mungkin diuber-uber deadline dari penerbit.

Tapi overall, saya merekomendasikan buku menarik ini untuk anda baca, bahkan sebaiknya anda miliki sebagai koleksi….untuk mengingatkan betapa jahatnya sistem kapitalis Amerika itu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar