Rabu, 29 Februari 2012

Inspirasi Jeremy Lin

It’s Linsanity!

Ah, orang Amerika itu memang pinter sekali bikin ‘feel good story’..cerita kepahlawanan yang menyentuh, dan menginspirasi. Yang satu ini jadi perhatian saya karena saya mengikuti banget basket NBA. Namanya : Jeremy Lin, point guard dari New York Knicks.

Semua media Amerika berebutan memajang tampang orang Taiwan-Amerika ini di-covernya. Terakhir, dia nongol di sampul majalah TIME, dan menjadi pebasket kedua dalam sejarah, setelah Michael Jordan yang muncul di cover Sport Illustrated dua kali berturut-turut. Lin juga memecahkan rekor Michael Jordan dan Shaquille O’neal sebagai pencetak skor terbanyak dalam sejarah NBA dalam 5 kali penampilan perdananya sebagai starter. Apa hebatnya?

Lin kuliah di Harvard. Meskipun itu sekolah hebat, tapi jelas bukan sekolah yang punya tradisi basket. Bahkan, lulusan Harvard lebih banyak yang jadi presiden Amerika Serikat dibandingkan jadi pebasket profesional. Sudah tiga tahun Lin bermasuk masuk NBA, tapi nyaris tidak dapat kesempatan main. Kalaupun dapat giliran, paling-paling Cuma 5 sampai 10 menit. Garbage time istilahnya. Tapi Lin tidak menyerah, ia tetap rajin latihan sambil menunggu kesempatan. Sampai tibalah saatnya pelatih New York Knicks kehabisan pemain, dan terpaksa menjadikan Lin starter. Hasilnya ya semua sudah tau...

Tidak ada yang menyangka kalo Lin ini ternyata sedemikian hebat. Dalam basket, ada istilah ‘in the zone’ atau ‘on fire’, ada semacam mekanisme dalam tubuh seorang pemain yang membuat dia mendadak jadi hebat dalam satu pertandingan. Semua tembakannya masuk, semua yang dilakukan bener-bener sempurna deh pokoknya. Waktu Jeremy Lin berhasil mempecudangi Kobe Bryant dengan mencetak 38 poin saat New York mengalahkan Lakers, banyak yang bilang itu Cuma kebetulan...kebetulan aja si Lin lagi ‘on fire’..tapi ternyata ga Cuma disatu pertandingan itu aja...sejak ditunjuk jadi starter dadakan, Knicks tidak pernah kalah 7 pertandingan berturut-turut.

Pernah nonton film Any Given Sunday? Itu film tentang american football, inti ceritanya tentang seorang quarter back lapis ketiga, yang baru dapat kesempatan main gara-gara dua quarterback utama timnya cidera. Ternyata eh ternyata, dia ini jago banget! Dan timnya menang terus sejak dia jadi starter. Lin ini ceritanya mirip sekali...

Saya ga akan berpanjang lebar cerita tentang Jeremy Lin lah, semua media termasuk di Indonesia udah keseringan membahas si Jeremy Lin ini. Yang saya permasalahkan, kenapa kita ga bisa menemukan cerita seperti ini di Indonesia? Jeremy Lin ini bisa dibilang sebenernya adalah selebriti instan. Bedanya dengan selebriti instan di Indonesia, cerita tentang kerja keras dan kegigihannya sangat menonjol dan diangkat terus oleh media... hard work and perseverance adalah tema dari kegemilangan Jeremy Lin baik di lapangan maupun di media massa....bukan sekedar sensasi karena melakukan hal aneh di TV atau internet

Lin dikenal sebagai pekerja keras, tidak mudah menyerah, dan selalu menghormati senior-seniornya di NBA. Dengan gajinya yang kecil sebagai pemain ia bahkan tidak punya cukup uang untuk menyewa apartemen sendiri. Selama bermain untuk New York Knicks, ia numpang tidur di sofa kakaknya. Yang membuat dia makin sensasional, ia adalah orang Taiwan, yang notabene sama sekali ga punya sejarah bagus di dunia olahraga profesional, apalagi basket NBA.

Cerita macam begini memang luar biasa, cocok banget buat dibikin film, sayangnya kok saya jarang mendengar kisah begini di Indonesia, setidaknya lewat media massa konvensional kita (TV, koran). Semua lebih sibuk gembar gembor berita politik, korupsi, skandal, kerusuhan sampai perkosaan. Coba dipikir, apa ga tambah bebal otak orang-orang yang nonton? Lama-lama kita semua jadi mati rasa melihat kekacauan disekeliling kita. Media, terutama tV, nyaris ga pernah menyiarkan materi yang layak dijadikan motivasi, inspirasi atapun teladan. Memang ada acara TV bagus seperti Kick Andy, misalnya. Tapi berapa orang sih yang nonton? Kalaupun ada kisah-kisah inspiratif, saya Cuma dapat dari link di twitter atau facebook. Berapa besar frekuensinya sehingga cukup untuk mempengaruhi orang? Bandingkan dengan si Olga yang sukses membuat banyak ABG lelaki ingin jadi bencong biar terkenal dan banyak duit?!

Belakangan, ada dua tokoh yang menurut saya cukup menyegarkan isi media kita ; Dahlan Iskan dan Joko Widodo. Rasanya sejuk setiap membaca berita dari dua orang itu. Alhamdulillah masih ada orang ‘bener’ di negara ini, terlepas dari seperti apa sesungguhnya kepribadian beliau berdua, tapi paling tidak layaklah dijadikan teladan. Sayangnya, sekali lagi, mereka tampil Cuma di media yang ‘berat’, yang pembacanya adalah orang yang mungkin gak perlu lagi diajari atau diberi motivasi. Coba dong, bikin sinetron yang mengajarkan kita untuk kerja keras? Atau bikin gosip tentang artis yang memang perjuangannya luar biasa, ga Cuma terkenal mendadak gara-gara youtube atau jambul?

Seorang teman yang kerja di TV pernah bilang tentang keprihatinannya meliat alay-alay yang tiap pagi menari bak robot di acara TV yang dipandu bencong-bencong itu... mereka memang melihat bahwa cara memperbaiki kehidupan mereka adalah dengan menjadi terkenal, masuk TV dan dapat uang dengan mudah.. even if it means harus jadi bencong...

Coba teman-teman di TV...beneran anak muda seperti itu yang pengen kalian bentuk?!

Coba dong, carikan saya Jeremy Lin versi Indonesia....

Selasa, 28 Februari 2012

Men Are Pigs

Men are Pigs

Yes..it is scientifically proven...
Semua laki-laki memang babi... bukan Cuma karena DNA babi dan manusia itu nyaris sama, tapi juga dari segi kelakuan...

Saya pernah baca artikel di majalah TIME, tentang kenapa banyak laki-laki hebat yang kejeblos gara-gara skandal seksual; Bill Clinton, terus itu si gubernur IMF Strauss-Kahn itu lah... Arnold Schwazzeneger, PM Italia, Tiger Wood..terus yang lokal juga banyak ; Aa Gym, terus Menteri siapa lah itu, Ariel Peterpan...dan masiiiih banyak lagi...

Ternyata eh ternyata... seperti kata Sigmund Freud bahwa manusia itu sebenernya adalah sexual being, pemenuhan hasrat seksual (tidak selalu berarti ‘having sex’) memang menjadi semacam achievement puncak buat laki-laki. Pada saat semua prestasi sudah dicapai, uang udah banyak, jabatan sudah tinggi, apalagi yang dicari? Ya kebanyakan larinya ke semacam sexual conquer, penaklukan seksual..kebanggaan bisa menaklukan perempuan rupanya lebih tinggi daripada kepuasan meraih uang atau jabatan. Makanya, banyak pula yang tidak segan memamerkan selingkuhannya kepada rekan sejawat untuk menunjukan betapa powerful-nya dia. Yang penting, jangan ketauan istri, hehehe.. repotnya, banyak profesi yang memang meng-encourage perilaku seperti ini...saling menutupi kelakuan teman-temannya, apalagi kalo si lelaki ini memang masuk kategori boss atau penguasa. Dorongan untuk mengambil risiko besar pun jadi lumayan kuat...

ini bukan pendapat saya lho yaaa...tapi hasil studi ilmiah, hehe

With power, comes confidence, with confidence come opportunity....

Kata Mark Held, seorang psikolog dari Amerika; “laki-laki itu cenderung bertindak berdasarkan kesempatan, dimana ada kesempatan pasti mereka akan memanfaatkan!”, katanya. Ia juga menambahkan, bahwa kenapa laki-laki sukses itu cenderung selingkuh, karena setelah semua kehebatan mereka itu, ternyata mereka masih butuh sexual entitlement. Perilaku ini akan lebih kental pada mereka yang berasal dari keluarga kaya, keluarga berada...semua kebutuhan mereka sejak kecil selalu dipenuhi, semua yang mereka mau pasti bisa didapat, dan ini akhirnya keterusan sampe mereka besar.

Yang jelas, menurut ahli biologi, semakin sukses seseorang, maka justru kemampuan self restrain-nya memang makin berkurang. Bagi mereka, norma dan aturan sosial tidak berlaku buat mereka karena mereka adalah orang ‘hebat’...

So..jangan heran ya kalo bakal ditemukan lebih banyak lagi skandal ‘pejabat’ di masa datang J