Sekolah itu tidak penting…… ?
Tidak perlu sekolah tinggi-tinggi…Bill Gates, Steve Jobbs
dan Mark Zuckerberg yang dropout saja bisa jadi orang maha kaya…
Buat mereka yang masih menjadikan tiga orang itu sebagai
patokan dan alasan untuk tidak bersekolah, saya tantang untuk tidak
menyekolahkan anaknya sama sekali.
Baru-baru ini saya baca artikel tentang kekhawatiran di
Amerika Serikat, dimana banyak mahasiswa yang memilih berhenti belajar demi
berbisnis dan jadi kaya seperti Bill Gates. Alasannya? Ya percuma sekolah, yang
drop out saja bisa jadi milyuner…
Saya pribadi sangat menyayangkan mereka yang berpikiran
seperti ini. Memangnya kenapa kalo bersekolah? Percuma? Banyak yang bilang
begitu…percuma dilanjutkan sekolah, tokh saat lulus nanti ilmunya tidak
terpakai dan paling-paling Cuma jadi karyawan. Lebih baik jadi orang yang ‘street
smart’, pintar dalam kehidupan yang sesungguhnya daripada Cuma pintar sebagai
pelajar, jago bikin tugas dan paper tapi tidak bisa berbisnis atau jadi manajer
yang baik.
Well…tidak semua orang diberkahi bakat dan keberuntungan
seperti Bill Gates kan?
Sekolah, menurut saya, memang tidak bakal membuat anda jadi
kaya raya, tapi juga tidak bakal membuat anda jadi orang sengsara. Untuk bisa
sukses besar, tetap dibutuhkan banyak faktor; bakat, kerja keras, koneksi,
jaringan dan sedikit keberuntungan. Banyak orang yang antipati terhadap sekolah
karena dianggap mengungkung kreativitas, menyuburkan feodalisme, dan sebagainya
lah.
Untuk soal sekolah ini, saya tetap berpegangan pada salah
satu buku favorit saya ; The Outliers, karyanya Malcolm Gladwell. Menurut si
Malcolm, untuk seseorang bisa mencapai sukses luar biasa, dia harus bisa
menempatkan dirinya, baik sengaja maupun tidak, dalam serangkaian kondisi yang
mendukung ia bisa berhasil. Salah satu contoh yang diambil dalam buku itu
memang Bill Gates. Okelah ia tidak lulus kuliah, tapi sepanjang hidupnya ia
selalu berada dalam situasi yang menguntungkan. Salah satunya saat ia SMP atau
SMA, sekolahnya adalah satu dari sedikit sekolah yang mempunyai perangkat
komputer yang lengkap dan canggih. Gates remaja sering mencuri waktu untuk
begadang di laboratorium sekolah, belajar tentang coding, programming dan lain
sebagainya. Saat teman-teman lain pacaran atau keluyuran, Gates lebih suka
mendalami komputer yang ketika itu mungkin masih dianggap sesuatu yang terlalu
nerdy, aneh dan tidak menarik. Hasilnya? Gates punya ilmu komputer yang
beberapa langkah lebih maju dibanding teman-temannya. Kisah ini, tampaknya
sering dilupakan saat orang menjadikan Gates sebagai panutan. Yang diingatnya Cuma
satu : Gates, tidak menyelesaikan kuliah dan karenanya jadi kaya…
Orang seperti Gates itu, menurut saya adalah anomali, atau
bahkan mitos. Sama halnya dengan Lionel Messi yang bertubuh kuntet tapi jago
luar biasa atau Stevie Wonder yang buta tapi jago main piano… meskipun kita
tidak suka, ya mau tidak mau harus diakui bahwa kita masih tinggal di dunia
yang memiliki standar-standar baku untuk profesi ataupun kedudukan tertentu : Direktur
harus lulusan perguruan tinggi, pemain basket harus tinggi, pemain bola harus
kuat, dan pemain piano alangkah idealnya bila tidak buta…
Sekolah, sekali lagi, memang tidak menjamin kesuksesan atau
kekayaan. Ia hanyalah sebuah cara, sebuah metode dari ribuan pilihan agar orang
bisa mencapai cita-citanya. Perumpamaannya begini ; saat anda lapar datanglah
ke dapur. Di dapur, sudah tersedia segala macam bahan baku untuk ‘mengobati’
lapar. Tinggal pilihan anda mau melakukan apa. Masak mie instan? Telor ceplok? Atau
bikin Beef Wellington ala Gordon Ramsay yang maha enak itu? Semuanya bisa
mengganjal perut. Kemauan dan kepintaran anda mengolah bahan di dapur yang akan
menentukan kualitas ‘obat lapar’ anda.
Apakah Cuma dapur tempat menghilangkan lapar? Jelas tidak…
kalau punya uang, anda bisa pergi ke rumah makan Padang. Kalau punya nenek yang
pintar masak, anda tinggal pergi ke rumah nenek. Kalau anda nekad, anda bisa
memalak jajanan milik anak-anak SD di dekat rumah… semuanya, sama-sama bisa
menghilangkan lapar anda. Semuanya sama saja, tapi tetap…saat anda berada di
rumah, dapur adalah pilihan paling mudah untuk mencari pengganjal perut.
Kalau sekolah formal memang bukan pilihan tetap saja anda
harus ‘bersekolah’ tokh? Baca buku dan belajar dari orang tua, saudara, atau
berusaha mengenal orang-orang yang bisa mengajari dan membantu anda mencapai
tujuan, apakah itu untuk berbisnis ataupun mendalami profesi tertentu.
Saat anda bersekolah, apapun tingkatannya, anda tidak Cuma mempelajari
ilmu yang jadi major anda. Anda belajar struktur, anda belajar birokrasi, anda
belajar menghadapi dosen-dosen nyentrik, anda belajar menuntaskan sebuah
project. Yang lebih penting, anda belajar berkawan, menjalin networking dengan
teman, dosen, dan mengenal serta mengambil suri tauladan dari orang-orang hebat
yang anda temui selama di kampus. Syukur-syukur juga menemukan calon istri di
kampus..hehehe… Kalau itu semua masih anda anggap tidak bermanfaat dalam
kehidupan nyata, minimal sekolah atau kuliah, dijamin pasti akan membuka
wawasan dan pola berpikir anda.
Bahkan, sekarang ini mungkin sekolah adalah cara termudah,
termurah dan paling masuk akan untuk anda bisa keliling dunia. Anda bisa
tinggal di luar negeri berkat beasiswa, menjelajahi daerah antah berantah
karena dapat dana riset, jadi selebriti karena sering diundang sebagai
narasumber ahli dalam talkshow TV dan jadi kaya berkat menerbitkan buku.
Lalu, apa semua sekolah sama saja? Kalau iya, kenapa banyak
orang tua rela jumpalitan demi memasukkan anaknya ke sekolah yang ‘katanya’
favorit? Alasannya masih kurang lebih sama…dengan belajar di sekolah terbaik
akan meningkatkan peluang anda atau anak anda untuk berada dalam kondisi yang ‘favourable’
seperti saya sebutkan tadi. Sekolah bagus pasti mempunyai fasilitas bagus. Anda
akan berada di tengah orang-orang pintar dengan pola berpikir yang luas dan
jiwa kompetitif yang akan mendorong anda untuk menjadi orang yang lebih baik.
Memangnya Zuckerberg akan bisa sukses kalau tidak pernah mendapat ilham dari
teman dan dosen-dosennya di Harvard?!
Sayangnya, tidak semua orang punya akses ke pendidikan yang
baik ini..tapi, lagi-lagi sekali lagi…sekolah kan memang bukan satu-satunya
cara menuju sukses J
Ada satu ungkapan yang bilang begini :
“Guru yang baik itu tidak sekedar menunjukkan jalan kepada tujuan
anda, tapi ia memperlihatkan pilihan-pilihan jalan yang bisa anda tempuh untuk
mencapai tujuan anda”
Tentunya setiap orang punya hak berpendapat. Adalah pilihan
anda bila tidak mau bersekolah tinggi-tinggi karena ingin seperti Mark
Zuckerberg. Tapi ingat, dari setiap satu orang Steve Jobs ada jutaan orang lain
yang Steve Jobless..alias pengangguran dan tidak bisa mendapat penghidupan yang
layak Cuma karena tidak punya latar belakang pendidikan yang memadai. Tiga
orang yang saya sebut namanya dari tadi, jadi terkenal dan jadi sumber cerita
yang tidak ada habisnya ya… karena mereka memang manusia istimewa : tidak lulus
kuliah, tapi bisa sukses… orang sering lupa menyebutkan ribuan CEO atau
milyuner yang bisa mencapai posisi mereka berkat pendidikan mereka yang tinggi.
Tidak usah jauh-jauhlah, lihat saja BJ Habibie yang gelarnya bejibun dan sekolahnya
banyak banget. Kenapa bukan beliau yang anda jadikan panutan buat anak-anak
anda?
Lagipula….tidak mungkin Microsoft bisa sehebat sekarang bila
Gates tidak dibantu oleh orang-orang pintar yang dibekali berbagai teori bisnis
yang didapatnya juga ya.. dari sekolah.
Saya sendiri berasal dari keluarga yang menunjung tinggi pentingnya
pendidikan. Kami mungkin bukan dan tidak akan pernah jadi orang kaya raya
seperti Mark Zuckerberg. Tapi paling tidak, saya dan keluarga pun insyaallah
masih bisa hidup berkecukupan berbekal ilmu yang didapat dari sekolah. Pendidikan
saya, membawa saya menemui sahabat-sahabat yang luar biasa, memaksa saya
membaca buku-buku yang mempesona dan mengenali banyaknya hal menakjubkan di
dunia. Saya harap, semua anak di Indonesia bisa mengalami semua keajaiban dari
pendidikan itu….
Jadi.. masih berpikir tidak perlu sekolah?
setuju pak master...apalagi di negeri seperti indonesia..pendidikan baru setaraf ngejer gengsi..coba aja liat, pendidikan tinggi prilaku gak sebanding..pendidikan adl keluhuran dan kerendahan hati bukan untuk cari duit
BalasHapussementara sistemnya memang masih mengharuskan kita untuk punya titel... jadi..ya... peluang terbesar menjadi sukses memang dengan 'masuk' ke dalam sistem
BalasHapusjadi, siap untuk mengambil jenjang Doctoral nih? :D
BalasHapuspendidikan formal tidak menjanjikan orang menggapai cita-citanya, jadi jangan cuma mengandalkan pendidikan formal. Banyak faktor-faktor kesuksesan yang harus dipelajari di luar pendidikan formal.
BalasHapus