Selasa, 21 Juni 2011

Lelaki Panutan Lelaki


Entah apa signifikansinya buat kita, tapi tampaknya generasi sekarang kehilangan tokoh panutan laki-laki...

Saya ga bicara panutan dalam konteks real person seperti Nabi, tokoh negara, atau mungkin orang tua sendiri yaaa, tapi lebih ke sosok laki-laki ideal di media. Mungkin karena saking bercampur baurnya media sekarang ini, dimana semua orang sangat well-informed sehingga media kehilangan kemampuannya membentuk stereotype... ?

Hehe..maaf ya, saya ini anak yang dibesarkan dengan film-film 80an, mau itu film endonesa ataupun film2 jedar jedurnya Amerika... makaaa... saya lumayan hafal  stereotype laki-laki ideal yang pantas jadi idola atau panutan ketika itu...atau minimal ditiru aksinya lah oleh henerasi muda yg mencari jatidiri..halah...

Misal? Nah..itu Rano Karno atau Roy Marten, kalo maen film pasti jadi anak-anak berandalan yang pemberontak..rebel-rebel gitu lah..pake kaos ketat, kerah diangkat, plus celana cut bray. Saya ga hafal judul-judul filmnya, tapi jagoan cowok di film-film Indonesia masa itu punya karakter2 yang mirip : pemberontak, berani, suka ngelawan orang tua, banyak yang ngeceng, ga disetujuin calon mertua dan...jago berantem... biasanya juga suka balap motor atau naik gunung :p

Nah, yang saya kagumi adalah semua juga biasanya menunjukan sikap sebagai lelaki sejati, yaitu berani tanggung jawab, hormat sama perempuan dan suka nolong orang tua..betul? Ada filmnya Roy Marten (yang saya lupa judulnya!), ceritanya tentang anak orang kaya yang nabrak orang sampe buta..terus, dia kabur dari rumah, ikut kompetisi motocross, berjuang supaya dapet duit buat ngobatin si korban tabraknya itu yang ternyata punya tanggungan keluarga lumayan banyak.. keren kan?!

Film favorit saya yang paling berkesan? Judulnya Ranjau-ranjau Cinta..(halah), ini stereotype laki-laki jagoan banget juga..yang maen Rano Karno..ceritanya tentang senior kampus yang galak, ketua kamtib, hobi naek gunung, pake mobil jip willis, suka ribut sama bapaknya dan...ngeceng mahasiswi baru yang gemulai lemah lembut cenderung lemes...

Kalo patokannya film-film 80an dan awal 90an, film-film yang merajai bioskop pun kayaknya menampilkan lelaki sebagai sosok yang sangar..apalah itu ada rambo, terminator sampe ke van damme dan cangcutnya itu...

Belakangan, stereotype lelaki jagoan terus bergeser, berkatnya adanya Mas Boy.. (in a totally unrelated topic, onky alexander itu, masih ada hubungan oom sama saya..btw..dan pasti andapun ga percaya..hahaha). Catatan si Boy ini menunjukan bahwa anak orang kaya itu ga harus manja, tapi bisa juga rajin solat dan jago berantem serta punya mobil Honda Civic setrika tentunya J but still... gayanya mas Boy ini kayaknya sih jadi semacam benchmark untuk film-film selanjutnya, plus gaya gaul muda-muda ketika itu yang suka jalan-jalan sore naik bo’il...

Terus..terus nih...adalagi stereotype yang OK, ala nikolas saputra..laki2 yang pendiem, ganteng, ga pecicilan dan jago bikin puisi...halah...

Pertanyaannya..sekarang... lelaki macam apa yang jadi stereotype lelaki sejati di media Indonesia? I’m not talking about real person yaaa..fictional lah.. ha? Ha? Ha?

Saya ga pernah menyimak serial sinetron atau FTV secara bener-bener..tapi dari yg diliat sekilas, kok ya jagoan laki2nya itu selalu menye-menye gitu ya? Melempem.... takut sama mertua, mau aja diapa2in sama mamahnya, dan ga punya kerjaan/profesi yang jelas selain ngandelin warisan? Pls, correct me if i’m wrong ya.... (mustinya sih, ada lah skrg ini sinetron atau film yang menggambarkan lelaki bandel tapi bertanggungjawab, Cuma mungkin karena medianya sudah terlalu banyak, efeknya tidak sekuat jaman saya kecil dulu...)

Mungkin pengaruhnya ga signifikan, atau malah mungkin ga ada sama sekali..tapi kok ya menurut saya stereotyping laki-laki ideal ini harusnya perlu lho..biar anak-anak muda itu minimal ada patokan lah harus bergaya dan berkelakuan seperti gimana..ada tambahan referensi selain dari ortu dan lingkungan, gitu lohhh... mungkin karena dunia itu udah jadi melting pot, ga ada lagi stereotyping gaya dan dandanan yang mewakili golongan tertentu..

Kalo di film-film dulu, motor besar itu pasti cuman dipake sama geombolan preman, sekarang malah dipake cuman buat nongkrong di mall... hell, tato yang dulu cuma milik residivis pun sekarang udah dipake semua orang, mulai dari eksmud yang sok sangar sampe ke pemaen bokep...?!

yang pasti sih,mungkin kita butuh lbh bnyk figur laki2 bertanggungjawab di TV kita ya?






3 komentar:

  1. dan yang parah lagi banyak figur panutan yang "disuguhkan" oleh media saat ini (lebih tepatnya lagi yang audiovisual)menjadi bias gender. liat aja banyak tokoh panutan di film (dan TV) tidak jelas gendernya. pria dengan rambut terurai dan mengenakan make up menjadi idola di media. persepsi khalayak diatur-atur sesuai kemauan mereka melalui media. mengapa media hiburan? karena melalui hiburan, khalayak tidak menyadari mereka sdg dalam "genggaman" mereka.


    tampilan spt ini kayaknya tidak berpengaruh namun jgn lupa bhw anak2 kita yg belum matang secara psikologis turut pula menyaksikannya dan kadang malah mengidolakan. media exposure yg spt ini bisa mempengaruhi pekembangan orientasi seks si anak. bkn tdk mgkn dlm benak mrk sdh hilang nilai2 "kelaki2an" yg sewajar dan sepatutnya. ini bukan masalah membela pria atau wanita namun tampilan2 sang panutan yang spt saat ini tidak memperkokoh jati diri si anak.

    tentu, gue sangat setuju tulisa lo. media sangat mempengaruhi pembentukan persepsi khalayak. salah satu contohnya ya yg lo tulis itu. figur yg terbentuk di benak kita ttg sosok seorang pria menurut gue memang "sengaja" dibentuk oleh para industriawan pemegang modal. (baca buku ekonomi media mosco atau golding/murdoch)


    apa untungnya mempengaruhi khalayak? jangan lupa bhw setiap tren yg ditampilkan akan memberi multiplyeffect secara ekonomi. jangan2 kenapa lo merokok dulu itu krn alam bawah sadar lo sudah diterpa oleh tontonan2 itu. gue inget dulu teman2 SMA mulai belajar merokok gara2 liat si boy ngerokok bentoel mild.

    figur atau panutan akan selalu berubah seiring eranya. identitas kita dicirikan dlam penampilan kita. ciri dari panutan akan trus berganti dan ini adl sebuah keniscayaan tapi yg paling penting saat ini adalah -menurut gue- jgn sampai mempengaruhi atau mengubah orientasi anak2 kita ke arah yang melemah/merusak/menghilangkan identitas main stream.

    BalasHapus
  2. Sekarang muncul lagi sih Jay, misalnya Iko uwais tapi memang ga seheboh rano karno dan roy matin jaman dulu

    BalasHapus
  3. susah skrg...krn pilihan medianya terlalu beragam, jd ga mungkin bisa bikin histeria massal seperti 80-90an

    BalasHapus